Tirta Empul, Sebab Berdirinya Istana Tampak Siring
1 Apr 2020
Tulis Komentar
Asal Mula Tampaksiring Sebenarnya
Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa Bali, tampak (bermakna telapak) dan siring (bermakna miring). Menurut legenda yang tertulis pada daun lontar Usana Bali, dan juga berasal dari cerita legenda yaitu bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah wilayah ini dikenal dengan nama Tampaksiring. Bahkan sekarang sering dikunjungi sebagai paket tujuan wisata bali.
Istana Kepresidenan Tampaksiring berada pada ketinggian lebih kurang 700 meter dari permukaan laut, berlokasi di atas perbuktian di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Pulau Bali. Merupakan satu-satunya istana kepresidenan yang dibangun masa pemerintahan Indonesia yang dibangun pada tahun 1957 - tahun 1960, sepenuhnya ditangani oleh putra-putra Indonesia, atas prakasa Presiden pertama Republik Indonesia :Ir. Soekarno.
Istana Kepresidenan Tampaksiring berada pada ketinggian lebih kurang 700 meter dari permukaan laut, berlokasi di atas perbuktian di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Pulau Bali. Merupakan satu-satunya istana kepresidenan yang dibangun masa pemerintahan Indonesia yang dibangun pada tahun 1957 - tahun 1960, sepenuhnya ditangani oleh putra-putra Indonesia, atas prakasa Presiden pertama Republik Indonesia :Ir. Soekarno.
![]() |
foto istana tampaksiring |
![]() |
Gerbang Istana Tampaksiring |
Berawal Dari Kisah Prabu Mayadenawa
Tersebutlah seorang Raja keturunan Raksasa yang sangat sakti dan berkuasa bernama Mayadenawa. Dengan kesaktiannya, ia mampu berubah wujud menjadi apa saja. Mayadenawa menguasai daerah yang luas meliputi Makasar, Sumbawa, Bugis, Lombok dan Blambangan.
Raja Mayadenawa terkenal kejam dan tidak mengijinkan rakyatnya untuk memuja dewa serta menghancurkan semua pura yang ada. Gagal panen dan kekurangan pangan dan penyakit terjadi. Rakyat tidak berani melawan karena kesaktian Mayadenawa.
Tersebutlah seorang pendeta bernama Mpu Kulputih. Beliau yang sedih melihat melihat kondisi rakyat akhirnya beliau melakukan semedi di Pura Besakih memohon petujuk para Dewa untuk mengatasi Mayadenawa. Dewa Mahadewa kemudian memerintahkan beliau pergi menuju Jambu Dwipa (India) untuk meminta bantuan.
Akhirnya bantuan pasukan pun datang dari India dan kahyangan untuk memerangi Mayadenawa dipimpin oleh Dewa Indra. Namun Mayadenawa sudah mengetahui kedatangan pasukan ini berkat banyaknya mata-mata. Perang dashyat pun terjadi dengan korban berjatuhan di kedua belah pihak. Akhirnya pasukan Mayadenawa kocar-kacir dan melarikan diri meninggalkan sang raja. Namun Mayadenawa belum mau menyerah begitu saja. Pada malam hari di saat jeda perang, Mayadenawa diam-diam menyusup ke tempat pasukan kahyangan dan memberi racun pada sumber air mereka. Agar tidak ketahuan, Mayadenawa berjalan hanya dengan menggunakan sisi kakinya. Tempat inilah yang kemudian dikenal dengan Tampak Siring.
Pagi harinya, pasukan kahyangan meminum air dan keracunan. Dewa Indra tahu racun berasal dari sumber air, sehingga beliau menciptakan mata air baru yang sekarang dikenal dengan Tirta Empul. Berkat Tirta empul, semua pasukan yang keracunan bisa pulih kembali. Sungai yang terbentuk dari Tirta Empul kemudian dikenal dengan nama Tukad Pakerisan.
Dewa Indra mengejar Mayadenawa yang nelarikan diri dengan pembantunya. Dalam pelarian, Mayadenawa sempat mengubah wujudnya menjadi Manuk Raya (burung besar). Tempatnya berubah wujud sekarang dikenal dengan Desa Manukaya. Namun Dewa Indra terlalu sakti untuk dikelabui sehingga selalu mengetahui keberadaan Mayadenawa walaupun sudah berubah wujud berkali-kali. Sampai akhirnya Dewa Indra mampu membunuh Mayadenawa. Darah Mayadenawa mengalir dan menjadi sungai yang dikenal dengan Tukad Petanu. Sungai ini konon telah dikutuk. Bila airnya digunakan untuk mengairi sawah, padi akan tumbuh lebih cepat namun darah akan keluar di saat panen dan mengeluarkan bau. Kutukan akan berakhir setelah 1000 tahun.
Kemenangan Dewa Indra atas Mayadenawa kemudian menjadi simbol kemenangan kebaikan (Dharma) melawan kejahatan (Adharma) yang diperingati sebagai Hari Galungan yang dirayakan setiap tahun Bali (210 hari) sebagai hari sukacita, yang mengingatkan kita semua akan kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Dan sumber air alam yang abadi sekarang menjadi sebuah tempat wisata dan juga didirikan pura untuk digunakan bersembahyang. Aliran air dari tirta empul pun juga digunakan sebagai media upacara yang disebut melukad. pengunjung yang datang sering menggunakan jasa sewa bus pariwisata untuk berwisata.
Belum ada Komentar untuk "Tirta Empul, Sebab Berdirinya Istana Tampak Siring"
Posting Komentar